Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali dibuka melemah pada perdagangan Selasa (18/4/2023), di mana beberapa investor menanti rilis data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama 2023.
Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Nikkei 225 Jepang yang terpantau menguat yakni menguat 0,57%.
Sedangkan sisanya dibuka melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,61%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,21%, Straits Times Singapura terpangkas 0,34%, ASX 200 Australia turun 0,28%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,34%.
Dari China, data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) pada periode kuartal I-2023 akan dirilis pada hari ini. Perekonomian China diperkirakan tumbuh 4% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal-I 2023, menurut survei pasar Reuters.
Jika ekspektasi tersebut sesuai, maka hal tersebut akan menjadi pertumbuhan tertinggi dalam setahun terakhir, setelah PDB China naik 4,8% (yoy) pada kuartal I-2022.
Sedangkan secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB Negeri Panda pada kuartal I-2023 diperkirakan tumbuh 2,2%.
Selain data pertumbuhan ekonomi, China juga akan merilisd data ekonomi lainnya, seperti data produksi industri, penjualan ritel, dan data tingkat pengangguran.
Semua data-data ini penting diperhatikan investor yang menandakan seberapa kuat ekonomi China bangkit pasca tertekan akibat Covid-19 beberapa waktu lalu.
Perekonomian China diperkirakan akan terus pulih sejak menghapus pembatasan-pembatasan terkait Covid-19 yang melemahkan pertumbuhan ekonomi.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas terkoreksi terjadi di tengah rebound-nya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, pasca rilis beberapa laporan keuangan perusahaan yang bisa memberikan sinyal kesehatan perusahaan di AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,3%, S&P 500 bertambah 0,33%, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,28%
S&P 500 naik pada perdagangan awal pekan karena para pedagang menyisir hasil pendapatan perusahaan terbaru, mencari petunjuk tentang kesehatan perusahaan Amerika.
Musim rilis pendapatan terus berlanjut dengan hasil dari State Street dan Charles Schwab.
Saham Schwab, yang berada di bawah tekanan di tengah kekhawatiran bahwa perusahaan pialang tersebut mungkin mengalami nasib yang sama dengan Silicon Valley Bank (SVB), naik 3,9% karena keuntungan meskipun terjadi penurunan simpanan.
Wall Street memantau dengan cermat kesehatan nama-nama keuangan pada periode pendapatan ini setelah keruntuhan SVB bulan lalu yang memicu krisis likuiditas dan mengguncang sektor yang lebih luas.
Ketika perusahaan bergulat dengan inflasi yang kaku dan tingkat yang lebih tinggi, banyak investor bersiap untuk musim pendapatan yang suram, tetapi data dari Bank of America menunjukkan bahwa perusahaan sejauh ini bertahan.
Dari nama-nama yang dilaporkan selama minggu pertama, 90% melampaui perkiraan EPS. Laporan tersebut menjadi tingkat ketukan terbaik untuk memulai musim pendapatan setidaknya sejak 2012.
Di lain sisi, investor terus mencerna data ekonomi untuk indikasi sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang cenderung masih hawkish hingga beberapa bulan ke depan.
Arah suku bunga sulit ditebak kali ini. Ada ketidaksamaan pendapat antara pejabat The Fed dan Menteri Keuangan AS terkait arah suku bunga ini membuat investor masih membutuhkan data pendukung lainnya untuk melihat sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Pelaku pasar akhir-akhir ini berharap efek meredanya inflasi dan pembalikan arah The Fed menjadi dovish beberapa pekan terakhir.