Harga minyak mentah dunia kini bisa dikatakan sudah turun jauh dibandingkan harga pada 2022 lalu yang sempat melampaui US$ 100 per barel. Harga minyak mentah dunia kini tercatat telah turun menjadi sekitar US$ 78 per barel untuk jenis Brent dan US$ 74,5 per barel untuk jenis West Texas Intermediate (WTI).
Kendati demikian, hingga kini harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, seperti Pertalite (RON 90) belum juga mengalami penurunan sejak September 2022 lalu. Padahal, harga BBM non subsidi sudah beberapa kali mengalami penyesuaian harga.
Lantas, kapan harga BBM Pertalite akan turun?
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov menilai bahwa penurunan harga jual Pertalite bisa mulai dipertimbangkan untuk diturunkan saat harga minyak mentah lebih rendah dibandingkan harga pada saat ini yang masih sebesar US$ 74 per barel.
Abra memperkirakan, harga BBM Pertalite bisa turun ke bawah Rp 10.000 per liter saat harga minyak mentah berada di bawah US$ 60 per barel.
“Jadi memang batas aman, pemerintah atau Pertamina melakukan penurunan harga kalau ICP (harga minyak mentah Indonesia) sudah di bawah US$ 60 per barel. Memang secara keekonomian itu dimungkinkan dilakukan penyesuaian harga Pertalite,” jelas Abra kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (30/4/2023).
Namun dia menilai, untuk saat ini memang harga jual Pertalite masih di bawah harga keekonomian BBM RON 90 di pasaran. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa sulit bagi pemerintah untuk melakukan penurunan harga jual Pertalite saat ini. Dengan begitu, penurunan harga Pertalite di bulan Mei 2023 sangat tipis kemungkinannya.
“Memang harga keekonomian Pertalite masih di atas harga jual saat ini. Jadi, potensi melakukan penurunan harga masih agak tipis, masih sulit lah, harga keekonomian masih di atas harga jual saat ini,” tambahnya.
Tetapi dengan kemungkinan yang kecil tersebut, Abra menilai pemerintah bisa saja menurunkan harga jual Pertalite apabila pemerintah mengalokasikan anggaran kompensasi subsidi BBM untuk tahun ini.
“Tapi itu pilihan untuk melakukan penurunan harga BBM bersubsidi masih mungkin. Walaupun ICP US$ 75 (per barel), kurs juga di atas asumsi Rp 14.800 (per US$), masih dimungkinkan dilakukan penurunan harga, kalau pemerintah mengalokasikan anggaran kompensasi tahun ini untuk melakukan penurunan harga Pertalite,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan bahwa harga Pertalite bisa diturunkan di bawah Rp 10.000 per liter apabila harga minyak mentah dunia sudah menyentuh US$ 65 per barelnya.
“Kalau dugaan kami ya, antara dari (harga minyak mentah) US$ 65, kita harus berhitung, bahwa ini (Pertalite) memang sebetulnya harus diturunkan gitu ya. Kita lihat apakah harga minyak sudah US$ 65. Kalau belum, itu kayaknya sih belum (turun harga Pertalite),” jelasnya saat ditemui di Gedung BPH Migas, Jakarta, Senin (10/4/2023).